Ir. Soekarno
Soekarno berperan sebagai pembaca teks proklamasi. Ia lahir pada 6 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur. Ia diketahui aktif berjuang sebelum kemerdekaan dengan menjadi anggota Pusat Tenaga Rakyat (Putera), hingga ketua PPKI.
Orang-orang di balik proklamasi kemerdekaan Indonesia beserta perannya
Soekarno berperan sebagai pembaca teks proklamasi. Ia lahir pada 6 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur. Ia diketahui aktif berjuang sebelum kemerdekaan dengan menjadi anggota Pusat Tenaga Rakyat (Putera), hingga ketua PPKI.
Mohammad Hatta ikut dalam perumusan teks proklamasi. Ia juga mengajukan usul untuk menandatangani teks proklamasi oleh seluruh tokoh yang hadir di rumah Laksamana Maeda saat itu. Pria yang lahir di Sumatera Barat, 12 Agustus 1902 ini ikut mendampingi Soekarno saat pembacaan teks proklamasi.
Pria yang lahir di Karawang pada 23 Maret 1897 ini terlibat sebagai penulis proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Bahkan, pria bernama lengkap Raden Achmad Subardjo ini yang menjemput Soekarno dan Hatta di Rengasdengklok. Ia juga memutuskan bahwa proklamasi kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta.
Istri proklamator ini terlibat sebagai tokoh proklamasi dalam kemerdekaan Indonesia. Fatmawati diketahui yang menjahitkan bendera pusaka Merah-Putih untuk dikibarkan saat upacara 17 Agustus 1945.
Soekarni lahir pada 14 Juli 1916 di Blitar. Diketahui, ia yang mengusulkan agar naskah proklamasi kemerdekaan hanya ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta, sebagai perwakilan bangsa Indonesia.
Sayuti Melik menjadi salah satu tokoh proklamasi dan berperan sebagai pengetik naskah. Sebelumnya, naskah proklamasi ditulis tangan dengan beberapa perubahan, setelah disetujui diserahkan kepada Sayuti.
Latif Hendraningrat merupakan pejuang yang tergabung dalam Pembela Tanah Air (Peta). Ia ikut berperan dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menaikkan bendera pusaka saat upacara 17 Agustus 1945.
Perwira Jepang dengan jabatan sebagai Wakil Komandan Angkatan Laut ini ikut bersimpati pada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Laksamana Maeda mengizinkan para pejuang menggunakan rumahnya sebagai tempat perumusan naskah proklamasi.
di Balik Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Rupanya, sebelum naskah proklamasi yang asli dimuseumkan seperti saat ini, teks bersejarah ini sempat dibuang ke tempat sampah. Dikatakan, naskah asli ini ditemukan di tempat sampah di rumah Laksamana Maeda oleh wartawan asal Aceh, BM Diah. BM Diah kemudian menyimpan naskah tersebut selama 47 tahun sebelum diserahkannya ke Museum Arsip Nasional pada 1992.
Sering kali dalam berbagai video atau pertunjukkan disetel rekaman suara Ir. Soekarno saat membacakan proklamasi. Namun, rupanya suara tersebut merupakan rekaman ulang. Pasalnya, kala itu teknologi belum canggih dan bisa merekam video disertai suara. Rekaman pembacaan teks proklamasi ternyata baru dilakukan pada 1952 di studio RRI.
Proses Indonesia menuju merdeka memang butuh perjuangan berat. Bahkan, dokumentasi proklamasi kemerdekaan RI hampir disita oleh Jepang. Namun, salah satu fotografer yang mengabadikan momen ini, Frans Mendur berhasil menyelamatkan dokumentasi kemerdekaan RI. Dokumentasi itu sendiri ia tanam di bawah pohon kantor Harian Asia Raja agar tidak ditemukan dan disita oleh Jepang.
Rupanya, kain bendera Indonesia yang dijahit oleh Ibu Fatmawati ternyata berasal dari pasukan Jepang bernama Chairul Basri.
Pelaksanaan pembacaan teks proklamasi sendiri dilakukan pada saat puasa. Hari kemerdekaan RI sendiri rupanya bertepatan juga dengan bulan Ramadhan. Dikatakan, pada 17 Agustus 1945 berlangsung pada Jumat, 9 Ramadhan 1364 H.
Kutipan-kutipan pahlawan nasional tentang kemerdekaan Indonesia
Jangan mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segitiga warna, selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk, pekerjaan kita belum selesai! Berjuanglah terus dengan mengucurkan banyak-banyak keringat. Dirgahayu RI.
Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.
Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat
Robek-robeklah badanku, potong-potonglah jasad ini, tetapi jiwaku dilindungi benteng merah putih, akan tetap hidup, tetap menuntut bela, siapapun lawan yang aku hadapi.
Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong, tetapi benar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah bangsa kita sendiri.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.
Kita tunjukkan bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.
Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan.